Jumat, 23 Desember 2011

ISTIQAMAH SEBAGAI JALAN KELUAR

Untuk mencari jalan keluar dari penjara dunia, manusia harus terus beristiqamah, yakni meluruskan diri dengan bergantung kepada pohon taqwa agar petunjuk Allah SWT dapat memimpin mereka ketika menjalani hidup di dunia. Biarlah rezeki yang bercampur noda-noda dunia, rezeki itu berupa kenikmatan yang berbaur dengan kesusahan maupun nikmat yang diiringi kemewahan, namun yang terpenting adalah rezeki itu berasal dari segala yang diridhai Allah. Ikhlaskanlah semua yang diperoleh itu menjadi kehendak Allah SWT, asalkan mereka terlindung dari jalan yang salah agar Allah selalu memberikan keridhaan-Nya kepada mereka.

Allah telah berfirman yang artinya : “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya akan ditunjukkan padanya jalan keluar dari kesusahan, dan diberikan-Nya rezeki yang tanpa diduga-duga. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya keperluannya akan dicukupi oleh Allah.” (Q.S. At-Thalaq: 2-3)
Menurut pandangan para Salik (orang yang berjalan menuju Allah), ‘jalan keluar’ dan ‘rezeki’ yang dicukupi Allah itu adalah terbebasnya keinginan mereka dari pandangan tentang dunia dan segala keindahannya yang bersifat sementara itu. Kemudian Allah akan menarik mereka masuk ke dalam ‘Gerbang Allah’ untuk mengecap segala kenikmatan ruhani yang disediakan Allah ketika di dunia dan kelak di akhirat. Selain itu, Allah akan menambahnya dengan puncak kenikmatan hakiki yang telah dijanjikan-Nya kepada siapa pun yang meniti jalan ini.
Dalam menempuh jalan suluk ini, kegembiraan terbayang pada wajah si Salik (orang yang berjalan menuju Allah). Padahal banyak kesusahan yang ditanggungnya dalam perjalanannya itu, namun disimpan di dalam hati. Tetapi, apabila ma’rifah telah bersemayam di dalam hatinya, sementara ia baru pertama kali berkenalan dengan alam yang baru ditempuhnya, keadaannya berubah dari yang sebelumnya. Yang terbayang pada wajahnya dulu adalah wajah orang yang susah karena mengenangkan keadaan manusia disekelilingnya yang terus lupa dan lalai. Namun kini ia merasakan kegembiraan di dalam hatinya, tenang di dalam pikirannya karena telah diberi petunjuk oleh Allah sehingga ia terbebas dari keadaan alpa dan lalai itu. Semoga kita dapat memahami ini baik-baik, wallahu-a’lam.



Artikel Lain Yang Berhubungan :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar