Orang-orang Sufi dikenal juga dengan Ahlullah (orang kesayangan Allah), orang yang selalu menjadi saluran iradah Allah. Karena hati mereka telah bersih suci dan bercahaya cemerlang, terbukalah pintu dan jendela hati itu untuk menerima Nur dari rahasia-rahasia halus yang memancar dari Majelis Ketuhanan (Hazirah al-Quds). Di situlah tersimpan segala rahasia Ketuhanan sebagai perbendaharaan ilmu ladunni dan ilham. Kebun hati itu juga menjadi lembah bermuaranya semua ketentuan Allah, yakni takdir-Nya. Apabila Sirr mengelilingi kawasan takdir itu, terlahirlah dari berkas cahaya dan berbagai ilmu dan rahasia.
Seorang Sufi yang telah berpangkat Wali, pada umumnya memiliki bermacam-macam pengetahuan yang sulit ditelusuri melalui ilham komputer kebatinannya. Dengan kehendak Allah SWT, ia dapat mengatakan hal-hal yang pelik dan terkadang ajaib. Perkara-perkara yang ghaib itu tidak dapat dijangkau oleh kecerdasan fikiran manusia biasa. Seringkali ia menyampaikan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi melalui isyarat-isyarat yang jelas, dan kadangkala dengan isyarat yang sulit diterima oleh akal manusia.
Sebagai contoh, simaklah kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa ‘alaihima as-salam. Semua yang dilakukan oleh Nabi Khidir adalah hal-hal yang luar biasa peliknya, namun semua merupakan takdir yang diilhamkan kepadanya. Ilmu ini dinamakan ilmu ladunni, ilmu yang terus mengalir dari Majelis Ketuhanan yang tidak perlu dipelajari, bahkan tidak ada jalan untuk mempelajari. Ilmu itu adalah karunia yang datang kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Ada kalanya ilham-ilham yang ringan datang melalui cahaya yang menembus jendela hati seseorang apabila hati mereka suci dan sedang giat bekerja dengan berzikir dan mengingat Allah. Sebenarnya, bila hati seluruh manusia tidak terselubung daki-daki dunia yang menutup jendela hati itu, niscaya semua manusia pun akan menerima ilham yang halus ini dan menerima ilmu ladunni yang dikaruniakan Allah kepada para hamba-Nya.
Di antara ilham-ilham yang biasa itu terdapat ilham dalam diri sendiri. Tanda yang paling nampak untuk mengenal ilham ini adalah tatkala manusia akan makan, yang kemudian terdengar suara kecil dari dalam diri mereka. Kita tentu dapat merasakannya. Dan apabila kita mendengar suara hati yang meminta makan, misalnya, sebaiknya kita segera melaksanakan keinginannya, yakni makanlah. Allah telah berfirman di dalam Alqur'an :
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketaqwaan.” (Q.S. Asy-Syams: 8)
Jadi, kedua ilham itu kerap dilalaikan oleh batin manusia. Maka disinilah peran akal untuk menunjukkan hati ke tempat seharusnya ia menambatkan terajunya ; apakah ke arah kefasikan yang diilhamkan atau ke arah ketaqwaan. Tuhan telah memberikan solusi agar dipilih oleh manusia, dan memberi penjelasan untuk setiap nasib yang dipilihnya supaya manusia tidak menuntut bila nasibnya menjadi buruk karena ilham itu. Allah kemudian melanjutkan firman-Nya itu :
Artinya : “Sungguh beruntung orang yang mensucikan (jiwa)nya itu, dan rugilah (hampalah) orang yang mengotorkannya.” (Q.S. Asy-Syams: 9-10)
Orang yang membersihkan jiwanya adalah orang yang kelak beruntung di hari pertemuan dengan Tuhan, karena dia telah menerima dengan baik keterangan Tuhannya yang memang seringkali benar terjadi, jika dia membersihkan dirinya dengan memperbanyak amalan shaleh, dan memalingkan dirinya dari segala hal yang dapat membahayakan dirinya, serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat dan sia-sia. Karena Dia juga memberitahukan bahwa orang yang mengotori jiwanya dengan perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat serta melakukan pekerjaan yang sia-sia, niscaya dia akan merugi di hari akhirat kelak. Kerugian itu datang karena dia telah kembali menemui Tuhannya dengan tangan kosong tanpa pahala. Malah yang dipikulnya adalah dosa dan maksiat yang akan membinasakan dirinya sendiri.
Tegasnya, kita tidak akan mampu mengamalkan kedua ayat diatas, selagi kita berada di luar gerbang Tuhan. Orang yang akan memasuki gerbang ini mestilah terlebih dahulu mensucikan dirinya sehingga dia dapat diterima menjadi ahli-Nya.
Adapun orang yang masih kotor dengan daki-daki dunia, mungkin mengira ia dapat mendengar suara bathinnya itu, dan ia dapat benar dan salah dalam dakwaannya itu. Belum tentu gerbang yang dimasukinya itu adalah gerbang Allah. Sebab syaitan pun membuat gerbang juga, dan berdaya upaya mengajak manusia untuk memasuki gerbangnya.
Jelasnya, orang itu harus dapat membedakan antara kedua bisikan itu, yaitu bisikan bathin Ketuhanan dan bisikan ilham dari setan. Ilham dari Tuhan adalah ilham yang sejak awal telah bersih, dan bukan ilham yang seakan-akan (berpura-pura) bersih. Ilham dari setan adalah ilham nafsu yang kotor dan penuh tipu daya, wallahu-a’alam.
Artikel Lain Yang Berhubungan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar